Rabu, 02 November 2011

Biografi Tokoh Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama
1.      Biografi Pendirinya
Kyiai Haji Hasyim Asy’ari (yang selanjutnya ditulis KHASY) lahir di Jombang, Jawa Timur, hari selasa, 24 Dzulhijjah 1287 H, Bertepatan dengan 14 Februari 1871 M. dan wafat pada tanggal 25 Juli 1947 bertepatan dengan 7 Ramadhan tahun 1366 H[1]. Nama kecilnya adalah Muhammad Hasyim[2], ia anak ke tiga dari sebelas bersaudara. Ayahnya bernama Kyiai Asy’ari Ulama asal Demak, sedang Ibunya bernama Halimah, Putri Kyiai Usman, Pengasuh Pesantren Gedang Tempat ia dilahirkan.
Ayahnya adalah pendiri pesantren Keras, sedangkan kakeknya (Kyiai Usman) pengasuh pesantren Gedang, masih wilayah sekitar Jombang Jawa Timur. Pun pesantren Tambak Beras, yang letaknya sebelah barat kota Jombang, didirikan oleh ayah dari kakeknya yaitu Kyiai Sihah.
Latar belakang dari keluarga santri dan hidup di lingkungan pesantren, tentunya memberikan sentuhan tersendiri pada perkembangan pribadi KHASY.  Pendidikan pertama kali ia dapatkan dari ayahnya yang mengajarkan ilmu-ilmu agama islam. Semenjak kecil KHASY sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya dalam menyerap ilmu agama. Sehingga ketika usianya menginjak 13 tahun ia sudah dipercaya oleh ayahnya untuk mengajar para santri yang usianya lebih tua dari KHASY.
Selain dari sang ayah dan kakeknya, KHASY juga memperdalam keilmuannya di beberapa pesantren yang ada di jawa timur, diantaranya adalah Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pesantren Bangkalan Madura, Siwalan Panji Sidoarjo,  sehingga karena ketekunan dan kecerdasannya KHASY dijodohkan oleh KH Ya’kub dengan putrinya Nafisah pada tahun 1892.[3]
Sebagaimana kebiasaan di pesantren pada saat itu, kalau seorang Kyiai yang ilmu agamanya tinggi dan banyak belajar di beberapa pesantren, kalau belum menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu di Mekkah al-Mukarramah, maka dianggapnya belum afdhal. Maka KAHSY berangkat ke Mekkah melaksanakan ibadah haji sekaligus menimba ilmu di sana. Adapun guru-guru yang pernah mengajarinya selama di Mekkah adalah Syeikh Syu’aib Ibn Abdirrahman, Syeikh Muhammad mahfuzh At-Tirmasi, dan syeikh Ahmad Khatib Minangkabau. Belakangan, ketika di timur tengah tengah dilanda refomasi atau pembaharuan yang digagas oleh Muhammad Abduh, KHASY pun mengikuti perkembanganya secara aktif. 7 tahun KHASY berada di Mekkah al-Mukarramah (yaitu ketika keberangkatan yang kedua kalinya ke tanah suci, sedangkan yang pertama kali hanya mukim beberapa bulan saja).
Sepulangnya ke tanah air, berbekal keilmuan yang ia dapatkan di berbagai tempat. Maka dengan tekad dan istiqamah KHASY mendirikan pondok pesantren yang sekarang dikenal dengan Pesantren Tebuireng.

2.      Guru-guru KHASY
Adapun para ulama yang pernah menjadi guru bagi KHASY di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Ayahnya sendiri (KH Asy’ari)
2.      Kakeknya (KH Usman)
3.      Kyiai dari pesantren Wonokoyo Probolinggo
4.      Kyai Bangkalan Madura
5.      Kyiai Siwalan Sidoarjo
6.      Syeikh Syu’aib Ibn Abdirrahman
7.      Syeikh Muhammad Mahfuzh At-Tirmasi
8.      Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
Dan ulama-ulama lainnya yang tidak disebutkan dalam makalah ini.

3.      Mendirikan Organisasi Nahdlatul Ulama
 Nahdlatul Ulama (yang selanjutnya ditulis NU) memiliki arti ”kebangkitan Ulama” didirikan oleh KHASY bersama ulama-ulama lain pada tanggal 31 Januari 1926 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H. Adapun mereka yang ikut membentuk organisasi NU di antaranya adalah Syeikh Abdul Wahab Hasbullah, Syeikh Bishri Syansuri dan ulama-ulama besar di Jawa.[4]


[1] Hadziq, Ishom, Irsyad al-Syariy Fi jam’I Mushannafat asy-Syeikh Hasyim Asy’ari, Maktabah Turats Islamy, Jombang 2007 hal. 5-7
[2] Hamid, Shalahuddin, dan Ahza, Iskandar, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Indonesia, Intimedia Jakarta, hal.1
[3] Mohammad, Herry, hal. 21-22
[4] Hadziq, Ishomuddin, Irsyad asy-Syari fi Jam’I Mushannafati Syeikh Hasyim Asy’ary, Maktabah Tebuireng Jombang, Jawa Timur, tt, hal.5, lihat Wahab, Rochidin, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Alfabeta Bandung 2004, hal. 29, dan Mastuki et.all , Intelektualisme Pesantren, Diva Pustaka Jakarta 2006 Seri.2 hal. 320

Tidak ada komentar:

Posting Komentar